Langsung ke konten utama

Intimidatie ervaren door Kentingan Baru burgers (Intimidasi yang Dialami Warga Kentingan Baru)

SOLO, KOMPAS.com - Regen tranen breken. Vrouwen en kinderen in Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, zaterdag jammerden jammerend omdat hun huizen werden beschadigd door onbekende menigten. Honderden mensen die bijna helemaal zwart gekleed zijn en groene lederen banden dragen, vernietigen en slopen huizen die in het bezit zijn van bewoners. Bewoners kunnen alleen ontslag nemen en kunnen niet vechten. Naast het verlies van het bedrag, beweerden de bewoners ook dat ze een huis bouwden op het terrein van de staat. Maar bewoners betreuren anarchistische handelingen die met geweld een van de burgers afbreken en samenbinden. "Ik weet niet waarom ik door de massa werd geslagen, omdat ik probeerde te vragen waarom ik werd ontmanteld zonder enige voorafgaande kennisgeving, en ik werd meteen verslagen," zei Wahono, een van de slachtoffers. Volgens Wahono werden ongeveer 50 huizen ontmanteld door massa's verdachte schurken. Ondertussen gebeurde de actie van een massale groep die tientallen kinderen huilde net voor politieagenten die bewaken rond de locatie. "Ik heb geprobeerd om daar met de politie te praten, maar beantwoordde niets," zei Wahono tegen Kompas.com. Ondertussen, vanaf waarneming ter plaatse, wordt de actie van sloop van het huis nog steeds door de massa gedaan. De groep sloeg een nieuw en gebouwd huis neer. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono was stil toen bevestigd door verslaggevers op de locatie met betrekking tot illegale sloop door de niet-geïdentificeerde menigte. Ondertussen is het probleem van het landconflict in Kentingan Baru sinds 1998 begonnen. Volgens de National Land Agency-voorschriften schenden ingezetenen wet nr. 1 van 2011 inzake huisvesting en nederzetting. Solo City Government heeft bemiddeling en resulteerde besluit van de burger bereid om te worden verplaatst in regio Randusari, Mojosongo, Solo. Maar er zijn nog steeds enkele bewoners die weigeren te worden verplaatst. Ontmoet bij de officiële residentie van Solo Mayor Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, zei dat het oplossen van problemen toch prioriteit moet geven aan overleg en niet aan het gebruik van geweld.

SOLO, KOMPAS.com - Hujan tangis pecah. Perempuan dan anak-anak di Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu (22/6/2013) meratap sedih saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal. Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga. Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga. "Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi korban. Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang berjaga jaga di sekitar lokasi. "Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab apapun," kata Wahono kepada Kompas.com. Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok massa tak dikenal itu. Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo. Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi. Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata


 SOLO, KOMPAS.com - Rain tears break. Women and children in Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Saturday wailed sadly as their homes were damaged by unknown mobs. Hundreds of people who are almost all black jacketed and wearing green leather bands, destroy and demolish some homes owned by residents. Residents can only be resigned and can not fight. In addition to losing the amount, residents also claimed they built a house on the land belonging to the State. But residents deplore anarchistic acts that forcibly demolish and gang up one of the citizens. "I do not know why I was beaten by the masses, because I tried to ask why I was dismantled without any prior notice, and I was immediately beaten," said Wahono, one of the victims. According to Wahono, approximately 50 homes were dismantled by masses of suspected thugs. Meanwhile, the action of a mass group that made dozens of children crying just happened in front of police officers who guard around the location. "I've tried to talk to the police there but did not answer anything," said Wahono to Kompas.com. Meanwhile, from observation at the scene, the action of demolition of the house continues to be done by the mass. The group knocked down a new and built house. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono was shut up when confirmed by journalists at the location related to illegal demolition by the unidentified mob. Meanwhile, the issue of land dispute in Kentingan Baru has been started since 1998. According to the National Land Agency regulations, residents violate Law No. 1 of 2011 on Housing and Settlement Area. Solo City Government has done mediation and resulted decision of citizen willing to be relocated in region Randusari, Mojosongo, Solo. But there are still some residents who refuse to be relocated. Met at the official residence of Solo Mayor Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, said the problem solving should still prioritize deliberation and not using violence.
SOLO, KOMPAS.com - Hujan tangis pecah. Perempuan dan anak-anak di Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu (22/6/2013) meratap sedih saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal. Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga. Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga. "Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi korban. Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang berjaga jaga di sekitar lokasi. "Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab apapun," kata Wahono kepada Kompas.com. Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok massa tak dikenal itu. Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo. Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi. Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan. Rudy berharap warga mengikuti kesepakatan untuk relokasi dengan prinsip win win solution. "Ya saya imbau pengerahan massa jangan diulang lagi agar tetap menjaga Solo tetap kondusif, sementara itu warga diharapkan menjalankan aturan dan kesepakatan untuk relokasi,"katanya kepada Kompas.com sore tadi. PenulisKontributor Surakarta, M Wismabrata EditorGlori K. Wadrianto Berita Terkait PM Erdogan Sepakat Tunda Penggusuran Taman Gezi Warga Srikandi: Tak Ada Ormas yang Minta Uang Pemerintah Turki Tetap Lanjutkan Penggusuran Taman Gezi Bom Molotov dan Tombak di Taman Pulogebang "Tak Ada Rusun, Tak Ada Penggusuran"

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Hujan tangis pecah. Perempuan dan anak-anak di Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu (22/6/2013) meratap sedih saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal. Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga. Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga. "Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi korban. Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang berjaga jaga di sekitar lokasi. "Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab apapun," kata Wahono kepada Kompas.com. Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok massa tak dikenal itu. Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo. Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi. Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan. Rudy berharap warga mengikuti kesepakatan untuk relokasi dengan prinsip win win solution. "Ya saya imbau pengerahan massa jangan diulang lagi agar tetap menjaga Solo tetap kondusif, sementara itu warga diharapkan menjalankan aturan dan kesepakatan untuk relokasi,"katanya kepada Kompas.com sore tadi. PenulisKontributor Surakarta, M Wismabrata EditorGlori K. Wadrianto Berita Terkait PM Erdogan Sepakat Tunda Penggusuran Taman Gezi Warga Srikandi: Tak Ada Ormas yang Minta Uang Pemerintah Turki Tetap Lanjutkan Penggusuran Taman Gezi Bom Molotov dan Tombak di Taman Pulogebang "Tak Ada Rusun, Tak Ada Penggusuran" Komentar Ada 0 komentar untuk artikel ini Kompas.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE Terkini Lainnya Jejak Indonesia dalam Diplomasi Islam Moderat di Afghanistan Jejak Indonesia dalam Diplomasi Islam Moderat di Afghanistan Nasional 27/03/2018, 11:23 WIB Media Sosial China Sensor Nama Kim Jong Un Media Sosial China Sensor Nama Kim Jong Un Internasional 27/03/2018, 11:22 WIB Berbekal Obeng, Enam Napi Kabur dari Rutan Sengkang Kabupaten Wajo Berbekal Obeng, Enam Napi Kabur dari Rutan Sengkang Kabupaten Wajo Regional 27/03/2018, 11:05 WIB Hari Ini dalam Sejarah: Marlon Brando Tolak Penghargaan Piala Oscar Hari Ini dalam Sejarah: Marlon Brando Tolak Penghargaan Piala Oscar Internasional 27/03/2018, 11:04 WIB Anies Ingin Warga Jakarta Bersyukur Tinggal di Jakarta Anies Ingin Warga Jakarta Bersyukur Tinggal di Jakarta Megapolitan 27/03/2018, 11:01 WIB Ojek Online Demo di Depan Istana, Tuntut Rasionalisasi Tarif Ojek Online Demo di Depan Istana, Tuntut Rasionalisasi Tarif Megapolitan 27/03/2018, 10:52 WIB KPK Periksa Wali Kota Malang dan 6 Tersangka Lain Terkait Suap APBD KPK Periksa Wali Kota Malang dan 6 Tersangka Lain Terkait Suap APBD Nasional 27/03/2018, 10:47 WIB Lesunya Pertanian di Rusun Marunda dan Greenhouse yang Tak Terurus Lesunya Pertanian di Rusun Marunda dan Greenhouse yang Tak Terurus Megapolitan 27/03/2018, 10:45 WIB Korea Utara: Penjualan Senjata AS di Dunia Tingkatkan Ancaman Perang Korea Utara: Penjualan Senjata AS di Dunia Tingkatkan Ancaman Perang Internasional 27/03/2018, 10:45 WIB Tampilkan Aneka Buku Anak, Indonesia Eksis dalam Bologna Children's Book Fair Tampilkan Aneka Buku Anak, Indonesia Eksis dalam Bologna Children's Book Fair Edukasi 27/03/2018, 10:18 WIB LPSK Cari Sejumlah Kepala Biro, Ini Syaratnya LPSK Cari Sejumlah Kepala Biro, Ini Syaratnya Nasional 27/03/2018, 10:17 WIB Saksikan Debat Calon Pilkada Sulsel di KompasTV, Rabu Malam Ini Saksikan Debat Calon Pilkada Sulsel di KompasTV, Rabu Malam Ini Regional 27/03/2018, 10:15 WIB Aktivis Minta Jokowi Batalkan Pembacaan Sumpah Arief Hidayat Jadi Hakim MK Aktivis Minta Jokowi Batalkan Pembacaan Sumpah Arief Hidayat Jadi Hakim MK Nasional 27/03/2018, 10:10 WIB Ridwan Kamil Ingin Kembangkan Jeruk Nipis Khas Kuningan Ridwan Kamil Ingin Kembangkan Jeruk Nipis Khas Kuningan Regional 27/03/2018, 10:10 WIB Bupati Kupang Didesak Bayar Ganti Rugi Tanah Warisan Rp 16,8 Miliar Bupati Kupang Didesak Bayar Ganti Rugi Tanah Warisan Rp 16,8 Miliar Regional 27/03/2018, 10:00 WIB Load More Terpopuler 1 200 "Spring Bed" Disewa untuk Alas Tidur Keluarga Probosutedjo dari Jakarta Dibaca 72.826 kali 2 Kecewa ATM Diblokir, Nasabah BRI di Batam Pilih Tutup Rekening Dibaca 35.583 kali 3 Cacing Pita Sepanjang 10,5 Meter Ditemukan di Simalungun Dibaca 22.611 kali 4 "Saya Tidak Mau Mati jika Urusan Tanah Ini Belum Selesai..." Dibaca 13.115 kali 5 Probosutedjo di Mata Sopir Pribadi, Dermawan dan Selalu Ingatkan Sarapan Dibaca 10.582 kali Now Trending 10 Kesaksian Dokter dan Perawat soal Rekayasa Medis Setya Novanto 10 Kesaksian Dokter dan Perawat soal Rekayasa Medis Setya Novanto Menunggu 'Tanggal Main' Prabowo Subianto Menunggu "Tanggal Main" Prabowo Subianto Perjalanan PK Ahok yang Berujung Penolakan MA Perjalanan PK Ahok yang Berujung Penolakan MA Sponsored Headline Honor Indonesia Grand Launch Live Streaming Honor Indonesia Grand Launch Live Streaming Setelah Inggris, Pemerintah Islandia Juga Boikot Piala Dunia 2018 Setelah Inggris, Pemerintah Islandia Juga Boikot Piala Dunia 2018 Cristiano Ronaldo Gagal Cetak Gol, Belanda Menang Telak atas Portugal Cristiano Ronaldo Gagal Cetak Gol, Belanda Menang Telak atas Portugal Juri Tak Gunakan Hak Veto, Ayu Tersingkir dari Indonesian Idol Juri Tak Gunakan Hak Veto, Ayu Tersingkir dari Indonesian Idol Imbas Sakit Ruben Onsu Imbas Sakit Ruben Onsu SOCIAL BUZZ Kompas.com @kompascom "Fintech" Kredivo Resmi Terdaftar di OJK https://t.co/q51TvJkTMl 2 m KOMPAS TV @KompasTV [VIDEO] Grab Mulai Serap Layanan dan Mitra Uber https://t.co/K8yGOMpa4Y https://t.co/0lFUgI9pvg 2 m Kompas.com @kompascom BPTJ Usul Mobil Masuk Jakarta Bayar, Dishub DKI Mau Selesaikan ERP Dulu https://t.co/BgeeIWGO0i 2 m Kompas.com @kompascom Miss International Kevin Liliana Punya "Cheating Day" Diet https://t.co/PIfur4Mxg4 6 m KOMPAS TV @KompasTV Meski sempat mendapat sorotan dari senior PAN, Amien Rais, Presiden Joko Widodo kembali menyerahkan 5.000 lebih ser… https://t.co/HxZNtSStJthttps://t.co/3hp0vvfCNp 8 m KOMPAS TV @KompasTV [VIDEO] Belum Lama IPO, Waskita Gedung Tebar Dividen https://t.co/BGoTRnqKIb https://t.co/u5WKtHFxRj 9 m Kompas.com @kompascom Istri Robert Mugabe Diduga Lakukan Bisnis Penyelundupan Gading Gajah https://t.co/Zm8zh7gOSK 13 m KompasBola @KompasBola Mignolet Ingin Buktikan Masih Layak Jadi Kiper Utama Liverpool https://t.co/sblRuUoEkA 14 m Kompas.com @kompascom Mignolet Ingin Buktikan Masih Layak Jadi Kiper Utama Liverpool https://t.co/WuzN5Zo800 14 m Kompas.com @kompascom Berbekal Obeng, Enam Napi Kabur dari Rutan Sengkang Kabupaten Wajo https://t.co/BOqAFTuD3h 14 m Kompas.com @kompascom Hari Ini dalam Sejarah: Marlon Brando Tolak Penghargaan Piala Oscar https://t.co/jVe3UxQHdC 16 m Harian Kompas @hariankompas Di median Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, yang padat dan dikelilingi gedung perkantoran, pancaran sinar me… https://t.co/XLxAwJpozt#AdadiKompas 16 m Kompas.com @kompascom Anies Ingin Warga Jakarta Bersyukur Tinggal di Jakarta https://t.co/gcu22I576z 18 m Kompas.com @kompascom Spotify Beberkan 2 Juta Penggunanya Pakai Aplikasi Bajakan https://t.co/WMtb3oUbOi 18 m Kompas.com @kompascom CIMB Niaga Syariah Targetkan KPR Rp 8 Triliun Tahun Ini https://t.co/cOmNwSN5dD 20 m Kompas.com @kompascom Kemenhub: Railink Minta Rute Kereta Bandara Diperpanjang hingga Bekasi https://t.co/r5MRMwnamL 24 m KOMPAS TV @KompasTV [VIDEO] Mencegah Tindak Kejahatan di Layanan Transportasi Daring https://t.co/CqhM3WGnSr https://t.co/XAkIctjOis 29 m Kompas.com @kompascom KPK Periksa Wali Kota Malang dan 6 Tersangka Lain Terkait Suap APBD https://t.co/gK5K2m8iJW 32 m KompasBola @KompasBola Madura United Menang, Bayu Gatra Persembahkan Gol untuk "Messi" https://t.co/Lg3cBZh5SY 34 m Kompas.com @kompascom Madura United Menang, Bayu Gatra Persembahkan Gol untuk "Messi" https://t.co/aDmSQZoMS6 34 m Close Ads X News Nasional Regional Megapolitan Internasional Surat Pembaca Sains Edukasi Olahraga Ekonomi Bola Tekno Entertainment Otomotif Travel Health Lifestyle Properti Kolom Images TV VIK Indeks Berita Indeks Headline Indeks Topik Pilihan Indeks Terpopuler www.kompas.com Kabar Palmerah About Us Advertise Policy Pedoman Media Siber Career Contact Us Copyright 2008 - 2018 PT. Kompas Cyber Media ( Kompas Gramedia Digital Group). All rights reserved.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
SOLO, KOMPAS.com - Hujan tangis pecah. Perempuan dan anak-anak di Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu (22/6/2013) meratap sedih saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal. Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga. Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga. "Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi korban. Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang berjaga jaga di sekitar lokasi. "Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab apapun," kata Wahono kepada Kompas.com. Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok massa tak dikenal itu. Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo. Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi. Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan. Rudy berharap warga mengikuti kesepakatan untuk relokasi dengan prinsip win win solution. "Ya saya imbau pengerahan massa jangan diulang lagi agar tetap menjaga Solo tetap kondusif, sementara itu warga diharapkan menjalankan aturan dan kesepakatan untuk relokasi,"katanya kepada Kompas.com sore tadi. PenulisKontributor Surakarta, M Wismabrata EditorGlori K. Wadrianto Berita Terkait PM Erdogan Sepakat Tunda Penggusuran Taman Gezi Warga Srikandi: Tak Ada Ormas yang Minta Uang Pemerintah Turki Tetap Lanjutkan Penggusuran Taman Gezi Bom Molotov dan Tombak di Taman Pulogebang "Tak Ada Rusun, Tak Ada Penggusuran"

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menelaah dan Meneliti Kasus Sengketa Pertanahan dan adanya praktik-praktik ilegal dalam mendapatkan sertifikat SHM tanah di Kentingan Baru

Ditulis oleh : KPH.Danoewidjojo,SH,MH Pembahasan diawali dengan isi didalam teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia,yaitu : "...pemindahan kekoeasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkatsingkatnja...". Dalam hal yang termaktub pada teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan terlebih lagi Pemerintah Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Praja Mangkunegaran (Pemerintah Swapraja) dimasukkan didalam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan didalam Pemerintah Kota Surakarta ,dan sekarang hanya menjadi hanya sebatas cagar budaya saja,berakibat kekuasaan politik dan tanah-tanah Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat maupun tanah-tanah Eigendom milik pribadi sentana/kerabat Raja Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pun,menjadi carut marut dan akhirnya dikuasai oleh Negara dan menjadi Tanah Negara (TN). Begitu pula yang terjadi pada warga yang dulu mendiami secara Magersari didalam wilayah kampus UNS dan juga Kenting...

Kasus Kenthingan Baru, Ini Janji Satpol PP Pada Warga Kentingan Baru

17 April 2018 | 22:29 | Heru Murdhani - Timlo.net  baca juga di : http://www.timlo.net/baca/68719763013/kasus-kenthingan-baru-ini-janji-satpol-pp/http://www.timlo.net/baca/68719763013/kasus-kenthingan-baru-ini-janji-satpol-pp/ Solo — Keterlibatan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Solo dalam penanganan sengketa lahan di Kenthingan Baru menimbulkan sejumlah pertanyaan di kalangan warga yang tinggal di Kenthingan baru. Satpol PP berdalih bahwa keterlibatan mereka hanya menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. “Kehadiran Satpol PP ini sesuai dengan tupoksi. Karena menyangkut keamanan, ketertiban dan kententeraman masyarakat,” ucap Kepala Satpol PP setempat, Sutardjo, Selasa (17/4). Dikatakan konflik antara pihak warga yang menempati tanah di Kenthingan Baru dan pihak yang mengklaim dirinya pemilik lahan, berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban. “Disitulah, Satpol PP boleh masuk,” ujarnya...

Relatie Heer Koesen of Colonel BKPH.Poerbodiningrat met de Oorsprong van Kampong Djebres naam die later in Desa Djebres veranderd in 1882 (Kaitannya Heer Koesen atau Kolonel BKPH.Poerbodiningrat dengan Asal Usul Nama Kampong Djebres yang nantinya berubah menjadi Desa Djebres pada tahun 1882)

Geschiedenis Kademangan Djebres, vóór 1825 , tot Heer Koesen eigenaar van Desa Djebres  jaar 1882 .  Er is een koninkrijk van het Pajang Sultanaat dat Koninkrijk is op Java als continuïteit van het Demak koninkrijk van Bintoro, een kort verhaal van het Sultanaat van Pajang op een dag vond er een opvolgingsgebeurtenis van Pajang's troon plaats tussen Pangeran Benawa of ook Pangeran Praboewidjojo die Ndalem Kepangeranan in Kampong Sala hebben (nu is de naam veranderd in Kademangan Djebres, Kampong Djebres en vervolgens Desa Djebres , dat zich in de buurt van de Campus UNS tot het subdistrict Jebres bevindt). Laweyan genoemd). En opvolging gewonnen door Ngabehi Loring Market of vaak Panembahan Senapati R, Danang Sutowidjojo. Er wordt gezegd dat in Kampong Sala of Kademangan Sala dit de plaats is van zijn basiskamp Soldiers Telik Sandi (intelligence .red) Pajang Sultanate tot de era Mataram Islam Kuta Gede vervolgens Mataram in Karta veranderde, daarna verander...