SOLO, KOMPAS.com - Regen tranen breken. Vrouwen
en kinderen in Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, zaterdag jammerden
jammerend omdat hun huizen werden beschadigd door onbekende menigten. Honderden
mensen die bijna helemaal zwart gekleed zijn en groene lederen banden
dragen, vernietigen en slopen huizen die in het bezit zijn van bewoners.
Bewoners kunnen alleen ontslag nemen en kunnen niet vechten. Naast het verlies van het bedrag, beweerden de bewoners ook dat ze een huis bouwden op het terrein van de staat. Maar bewoners betreuren anarchistische handelingen die met geweld een van de burgers afbreken en samenbinden. "Ik
weet niet waarom ik door de massa werd geslagen, omdat ik probeerde te
vragen waarom ik werd ontmanteld zonder enige voorafgaande kennisgeving,
en ik werd meteen verslagen," zei Wahono, een van de slachtoffers. Volgens Wahono werden ongeveer 50 huizen ontmanteld door massa's verdachte schurken. Ondertussen
gebeurde de actie van een massale groep die tientallen kinderen huilde
net voor politieagenten die bewaken rond de locatie. "Ik heb geprobeerd om daar met de politie te praten, maar beantwoordde niets," zei Wahono tegen Kompas.com. Ondertussen, vanaf waarneming ter plaatse, wordt de actie van sloop van het huis nog steeds door de massa gedaan. De groep sloeg een nieuw en gebouwd huis neer. Kasatreskrim
Polresta Solo Kompol Rudi Hartono was stil toen bevestigd door
verslaggevers op de locatie met betrekking tot illegale sloop door de
niet-geïdentificeerde menigte. Ondertussen
is het probleem van het landconflict in Kentingan Baru sinds 1998
begonnen. Volgens de National Land Agency-voorschriften schenden
ingezetenen wet nr. 1 van 2011 inzake huisvesting en nederzetting. Solo
City Government heeft bemiddeling en resulteerde besluit van de burger
bereid om te worden verplaatst in regio Randusari, Mojosongo, Solo. Maar er zijn nog steeds enkele bewoners die weigeren te worden verplaatst. Ontmoet
bij de officiële residentie van Solo Mayor Lojigandrung, FX.Hadi
Rudyatmo, zei dat het oplossen van problemen toch prioriteit moet geven
aan overleg en niet aan het gebruik van geweld.
SOLO, KOMPAS.com - Hujan tangis pecah. Perempuan dan anak-anak di Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu (22/6/2013) meratap sedih saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal. Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga. Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga. "Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi korban. Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang berjaga jaga di sekitar lokasi. "Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab apapun," kata Wahono kepada Kompas.com. Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok massa tak dikenal itu. Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo. Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi. Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
SOLO, KOMPAS.com - Rain tears break. Women and children in Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Saturday wailed sadly as their homes were damaged by unknown mobs. Hundreds of people who are almost all black jacketed and wearing green leather bands, destroy and demolish some homes owned by residents. Residents can only be resigned and can not fight. In addition to losing the amount, residents also claimed they built a house on the land belonging to the State. But residents deplore anarchistic acts that forcibly demolish and gang up one of the citizens. "I do not know why I was beaten by the masses, because I tried to ask why I was dismantled without any prior notice, and I was immediately beaten," said Wahono, one of the victims. According to Wahono, approximately 50 homes were dismantled by masses of suspected thugs. Meanwhile, the action of a mass group that made dozens of children crying just happened in front of police officers who guard around the location. "I've tried to talk to the police there but did not answer anything," said Wahono to Kompas.com. Meanwhile, from observation at the scene, the action of demolition of the house continues to be done by the mass. The group knocked down a new and built house. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono was shut up when confirmed by journalists at the location related to illegal demolition by the unidentified mob. Meanwhile, the issue of land dispute in Kentingan Baru has been started since 1998. According to the National Land Agency regulations, residents violate Law No. 1 of 2011 on Housing and Settlement Area. Solo City Government has done mediation and resulted decision of citizen willing to be relocated in region Randusari, Mojosongo, Solo. But there are still some residents who refuse to be relocated. Met at the official residence of Solo Mayor Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, said the problem solving should still prioritize deliberation and not using violence.
SOLO, KOMPAS.com - Hujan tangis pecah. Perempuan dan anak-anak di Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu (22/6/2013) meratap sedih saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal. Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga. Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga. "Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi korban. Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang berjaga jaga di sekitar lokasi. "Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab apapun," kata Wahono kepada Kompas.com. Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok massa tak dikenal itu. Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo. Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi. Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
SOLO, KOMPAS.com - Rain tears break. Women and children in Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Saturday wailed sadly as their homes were damaged by unknown mobs. Hundreds of people who are almost all black jacketed and wearing green leather bands, destroy and demolish some homes owned by residents. Residents can only be resigned and can not fight. In addition to losing the amount, residents also claimed they built a house on the land belonging to the State. But residents deplore anarchistic acts that forcibly demolish and gang up one of the citizens. "I do not know why I was beaten by the masses, because I tried to ask why I was dismantled without any prior notice, and I was immediately beaten," said Wahono, one of the victims. According to Wahono, approximately 50 homes were dismantled by masses of suspected thugs. Meanwhile, the action of a mass group that made dozens of children crying just happened in front of police officers who guard around the location. "I've tried to talk to the police there but did not answer anything," said Wahono to Kompas.com. Meanwhile, from observation at the scene, the action of demolition of the house continues to be done by the mass. The group knocked down a new and built house. Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono was shut up when confirmed by journalists at the location related to illegal demolition by the unidentified mob. Meanwhile, the issue of land dispute in Kentingan Baru has been started since 1998. According to the National Land Agency regulations, residents violate Law No. 1 of 2011 on Housing and Settlement Area. Solo City Government has done mediation and resulted decision of citizen willing to be relocated in region Randusari, Mojosongo, Solo. But there are still some residents who refuse to be relocated. Met at the official residence of Solo Mayor Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo, said the problem solving should still prioritize deliberation and not using violence.
SOLO, KOMPAS.com - Hujan tangis pecah. Perempuan dan anak-anak di
Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu (22/6/2013) meratap sedih
saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal.
Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga
hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga.
Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain
karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah
milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang
membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga.
"Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan
kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru
saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi
korban.
Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga
preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan
anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang
berjaga jaga di sekitar lokasi.
"Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab
apapun," kata Wahono kepada Kompas.com.
Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran
rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut
merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun.
Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat
dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok
massa tak dikenal itu.
Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut
sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan
Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan
warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo.
Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi.
Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo,
mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan
musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan.
Rudy berharap warga mengikuti kesepakatan untuk relokasi dengan prinsip
win win solution. "Ya saya imbau pengerahan massa jangan diulang lagi
agar tetap menjaga Solo tetap kondusif, sementara itu warga diharapkan
menjalankan aturan dan kesepakatan untuk relokasi,"katanya kepada
Kompas.com sore tadi.
PenulisKontributor Surakarta, M Wismabrata
EditorGlori K. Wadrianto
Berita Terkait
PM Erdogan Sepakat Tunda Penggusuran Taman Gezi
Warga Srikandi: Tak Ada Ormas yang Minta Uang
Pemerintah Turki Tetap Lanjutkan Penggusuran Taman Gezi
Bom Molotov dan Tombak di Taman Pulogebang
"Tak Ada Rusun, Tak Ada Penggusuran"
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Hujan tangis pecah.
Perempuan dan anak-anak di Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu
(22/6/2013) meratap sedih saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal.
Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga
hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga.
Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain
karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah
milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang
membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga.
"Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan
kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru
saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi
korban.
Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga
preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan
anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang
berjaga jaga di sekitar lokasi.
"Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab
apapun," kata Wahono kepada Kompas.com.
Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran
rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut
merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun.
Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat
dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok
massa tak dikenal itu.
Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut
sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan
Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan
warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo.
Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi.
Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo,
mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan
musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan.
Rudy berharap warga mengikuti kesepakatan untuk relokasi dengan prinsip
win win solution. "Ya saya imbau pengerahan massa jangan diulang lagi
agar tetap menjaga Solo tetap kondusif, sementara itu warga diharapkan
menjalankan aturan dan kesepakatan untuk relokasi,"katanya kepada
Kompas.com sore tadi.
PenulisKontributor Surakarta, M Wismabrata
EditorGlori K. Wadrianto
Berita Terkait
PM Erdogan Sepakat Tunda Penggusuran Taman Gezi
Warga Srikandi: Tak Ada Ormas yang Minta Uang
Pemerintah Turki Tetap Lanjutkan Penggusuran Taman Gezi
Bom Molotov dan Tombak di Taman Pulogebang
"Tak Ada Rusun, Tak Ada Penggusuran"
Komentar
Ada 0 komentar untuk artikel ini
Kompas.com tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis.
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur
dalam UU ITE
Terkini Lainnya
Jejak Indonesia dalam Diplomasi Islam Moderat di Afghanistan
Jejak Indonesia dalam Diplomasi Islam Moderat di Afghanistan
Nasional
27/03/2018, 11:23 WIB
Media Sosial China Sensor Nama Kim Jong Un
Media Sosial China Sensor Nama Kim Jong Un
Internasional
27/03/2018, 11:22 WIB
Berbekal Obeng, Enam Napi Kabur dari Rutan Sengkang Kabupaten Wajo
Berbekal Obeng, Enam Napi Kabur dari Rutan Sengkang Kabupaten Wajo
Regional
27/03/2018, 11:05 WIB
Hari Ini dalam Sejarah: Marlon Brando Tolak Penghargaan Piala Oscar
Hari Ini dalam Sejarah: Marlon Brando Tolak Penghargaan Piala Oscar
Internasional
27/03/2018, 11:04 WIB
Anies Ingin Warga Jakarta Bersyukur Tinggal di Jakarta
Anies Ingin Warga Jakarta Bersyukur Tinggal di Jakarta
Megapolitan
27/03/2018, 11:01 WIB
Ojek Online Demo di Depan Istana, Tuntut Rasionalisasi Tarif
Ojek Online Demo di Depan Istana, Tuntut Rasionalisasi Tarif
Megapolitan
27/03/2018, 10:52 WIB
KPK Periksa Wali Kota Malang dan 6 Tersangka Lain Terkait Suap APBD
KPK Periksa Wali Kota Malang dan 6 Tersangka Lain Terkait Suap APBD
Nasional
27/03/2018, 10:47 WIB
Lesunya Pertanian di Rusun Marunda dan Greenhouse yang Tak Terurus
Lesunya Pertanian di Rusun Marunda dan Greenhouse yang Tak Terurus
Megapolitan
27/03/2018, 10:45 WIB
Korea Utara: Penjualan Senjata AS di Dunia Tingkatkan Ancaman Perang
Korea Utara: Penjualan Senjata AS di Dunia Tingkatkan Ancaman Perang
Internasional
27/03/2018, 10:45 WIB
Tampilkan Aneka Buku Anak, Indonesia Eksis dalam Bologna Children's Book
Fair
Tampilkan Aneka Buku Anak, Indonesia Eksis dalam Bologna Children's Book
Fair
Edukasi
27/03/2018, 10:18 WIB
LPSK Cari Sejumlah Kepala Biro, Ini Syaratnya
LPSK Cari Sejumlah Kepala Biro, Ini Syaratnya
Nasional
27/03/2018, 10:17 WIB
Saksikan Debat Calon Pilkada Sulsel di KompasTV, Rabu Malam Ini
Saksikan Debat Calon Pilkada Sulsel di KompasTV, Rabu Malam Ini
Regional
27/03/2018, 10:15 WIB
Aktivis Minta Jokowi Batalkan Pembacaan Sumpah Arief Hidayat Jadi Hakim
MK
Aktivis Minta Jokowi Batalkan Pembacaan Sumpah Arief Hidayat Jadi Hakim
MK
Nasional
27/03/2018, 10:10 WIB
Ridwan Kamil Ingin Kembangkan Jeruk Nipis Khas Kuningan
Ridwan Kamil Ingin Kembangkan Jeruk Nipis Khas Kuningan
Regional
27/03/2018, 10:10 WIB
Bupati Kupang Didesak Bayar Ganti Rugi Tanah Warisan Rp 16,8 Miliar
Bupati Kupang Didesak Bayar Ganti Rugi Tanah Warisan Rp 16,8 Miliar
Regional
27/03/2018, 10:00 WIB
Load More
Terpopuler
1
200 "Spring Bed" Disewa untuk Alas Tidur Keluarga Probosutedjo dari
Jakarta
Dibaca 72.826 kali
2
Kecewa ATM Diblokir, Nasabah BRI di Batam Pilih Tutup Rekening
Dibaca 35.583 kali
3
Cacing Pita Sepanjang 10,5 Meter Ditemukan di Simalungun
Dibaca 22.611 kali
4
"Saya Tidak Mau Mati jika Urusan Tanah Ini Belum Selesai..."
Dibaca 13.115 kali
5
Probosutedjo di Mata Sopir Pribadi, Dermawan dan Selalu Ingatkan Sarapan
Dibaca 10.582 kali
Now Trending
10 Kesaksian Dokter dan Perawat soal Rekayasa Medis Setya Novanto
10 Kesaksian Dokter dan Perawat soal Rekayasa Medis Setya Novanto
Menunggu 'Tanggal Main' Prabowo Subianto
Menunggu "Tanggal Main" Prabowo Subianto
Perjalanan PK Ahok yang Berujung Penolakan MA
Perjalanan PK Ahok yang Berujung Penolakan MA
Sponsored Headline
Honor Indonesia Grand Launch Live Streaming
Honor Indonesia Grand Launch Live Streaming
Setelah Inggris, Pemerintah Islandia Juga Boikot Piala Dunia 2018
Setelah Inggris, Pemerintah Islandia Juga Boikot Piala Dunia 2018
Cristiano Ronaldo Gagal Cetak Gol, Belanda Menang Telak atas Portugal
Cristiano Ronaldo Gagal Cetak Gol, Belanda Menang Telak atas Portugal
Juri Tak Gunakan Hak Veto, Ayu Tersingkir dari Indonesian Idol
Juri Tak Gunakan Hak Veto, Ayu Tersingkir dari Indonesian Idol
Imbas Sakit Ruben Onsu
Imbas Sakit Ruben Onsu
SOCIAL BUZZ
Kompas.com @kompascom
"Fintech" Kredivo Resmi Terdaftar di OJK https://t.co/q51TvJkTMl
2 m
KOMPAS TV @KompasTV
[VIDEO] Grab Mulai Serap Layanan dan Mitra Uber https://t.co/K8yGOMpa4Y
https://t.co/0lFUgI9pvg
2 m
Kompas.com @kompascom
BPTJ Usul Mobil Masuk Jakarta Bayar, Dishub DKI Mau Selesaikan ERP Dulu
https://t.co/BgeeIWGO0i
2 m
Kompas.com @kompascom
Miss International Kevin Liliana Punya "Cheating Day" Diet
https://t.co/PIfur4Mxg4
6 m
KOMPAS TV @KompasTV
Meski sempat mendapat sorotan dari senior PAN, Amien Rais, Presiden Joko
Widodo kembali menyerahkan 5.000 lebih ser…
https://t.co/HxZNtSStJthttps://t.co/3hp0vvfCNp
8 m
KOMPAS TV @KompasTV
[VIDEO] Belum Lama IPO, Waskita Gedung Tebar Dividen
https://t.co/BGoTRnqKIb https://t.co/u5WKtHFxRj
9 m
Kompas.com @kompascom
Istri Robert Mugabe Diduga Lakukan Bisnis Penyelundupan Gading Gajah
https://t.co/Zm8zh7gOSK
13 m
KompasBola @KompasBola
Mignolet Ingin Buktikan Masih Layak Jadi Kiper Utama Liverpool
https://t.co/sblRuUoEkA
14 m
Kompas.com @kompascom
Mignolet Ingin Buktikan Masih Layak Jadi Kiper Utama Liverpool
https://t.co/WuzN5Zo800
14 m
Kompas.com @kompascom
Berbekal Obeng, Enam Napi Kabur dari Rutan Sengkang Kabupaten Wajo
https://t.co/BOqAFTuD3h
14 m
Kompas.com @kompascom
Hari Ini dalam Sejarah: Marlon Brando Tolak Penghargaan Piala Oscar
https://t.co/jVe3UxQHdC
16 m
Harian Kompas @hariankompas
Di median Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, yang padat dan
dikelilingi gedung perkantoran, pancaran sinar me…
https://t.co/XLxAwJpozt#AdadiKompas
16 m
Kompas.com @kompascom
Anies Ingin Warga Jakarta Bersyukur Tinggal di Jakarta
https://t.co/gcu22I576z
18 m
Kompas.com @kompascom
Spotify Beberkan 2 Juta Penggunanya Pakai Aplikasi Bajakan
https://t.co/WMtb3oUbOi
18 m
Kompas.com @kompascom
CIMB Niaga Syariah Targetkan KPR Rp 8 Triliun Tahun Ini
https://t.co/cOmNwSN5dD
20 m
Kompas.com @kompascom
Kemenhub: Railink Minta Rute Kereta Bandara Diperpanjang hingga Bekasi
https://t.co/r5MRMwnamL
24 m
KOMPAS TV @KompasTV
[VIDEO] Mencegah Tindak Kejahatan di Layanan Transportasi Daring
https://t.co/CqhM3WGnSr https://t.co/XAkIctjOis
29 m
Kompas.com @kompascom
KPK Periksa Wali Kota Malang dan 6 Tersangka Lain Terkait Suap APBD
https://t.co/gK5K2m8iJW
32 m
KompasBola @KompasBola
Madura United Menang, Bayu Gatra Persembahkan Gol untuk "Messi"
https://t.co/Lg3cBZh5SY
34 m
Kompas.com @kompascom
Madura United Menang, Bayu Gatra Persembahkan Gol untuk "Messi"
https://t.co/aDmSQZoMS6
34 m
Close Ads X
News
Nasional
Regional
Megapolitan
Internasional
Surat Pembaca
Sains
Edukasi
Olahraga
Ekonomi
Bola
Tekno
Entertainment
Otomotif
Travel
Health
Lifestyle
Properti
Kolom
Images
TV
VIK
Indeks Berita
Indeks Headline
Indeks Topik Pilihan
Indeks Terpopuler
www.kompas.com
Kabar Palmerah
About Us
Advertise
Policy
Pedoman Media Siber
Career
Contact Us
Copyright 2008 - 2018 PT. Kompas Cyber Media ( Kompas Gramedia Digital
Group). All rights reserved.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
SOLO, KOMPAS.com - Hujan tangis pecah. Perempuan dan anak-anak di
Kampung Kentingan Baru, Jebres, Solo, Sabtu (22/6/2013) meratap sedih
saat rumah mereka dirusak massa tak dikenal.
Ratusan orang yang hampir semua berjaket hitam dan mengenakan pita warga
hijau, merusak dan membongkar paksa beberapa rumah milik warga.
Warga pun hanya bisa pasrah dan tidak bisa melakukan perlawanan. Selain
karena kalah jumlah, warga pun mengaku mereka mendirikan rumah di tanah
milik Negara. Namun warga menyesalkan tindakan anarkistis yang
membongkar paksa dan mengeroyok salah satu warga.
"Saya tidak tahu kenapa dipukuli massa, karena saya mencoba menanyakan
kok langsung dibongkar tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Justru
saya langsung dipukuli," kata Wahono, salah satu warga yang menjadi
korban.
Menurut Wahono, kurang lebih 50 rumah dibongkar oleh massa yang diduga
preman bayaran. Sementara itu, aksi kelompok massa yang membuat belasan
anak-anak menangis justru terjadi di depan aparat kepolisian yang
berjaga jaga di sekitar lokasi.
"Saya sudah coba ngomong ke polisi yang ada namun tidak menjawab
apapun," kata Wahono kepada Kompas.com.
Sementara itu, dari pengamatan di lokasi kejadian, aksi pembongkaran
rumah terus dilakukan oleh kelompok massa. Kelompok massa tersebut
merobohkan rumah yang baru dan sedang dibangun.
Kasatreskrim Polresta Solo Kompol Rudi Hartono pun tutup mulut saat
dikonfirmasi wartawan di lokasi terkait pembongkaran liar oleh kelompok
massa tak dikenal itu.
Sementara itu, permasalahan sengketa tanah di Kentingan Baru tersebut
sudah dimulai sejak tahun 1998. Sesuai peraturan Badan Pertanahan
Nasional, warga melangggar Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pemerintah Kota Solo sudah melakukan mediasi dan menghasilkan keputusan
warga bersedia untuk direlokasi di wilayah Randusari, Mojosongo, Solo.
Namun masih ada sebagian warga yang menolak untuk direlokasi.
Ditemui di rumah dinas Wali Kota Solo Lojigandrung, FX.Hadi Rudyatmo,
mengatakan peneyelesaian masalah seharusnya masih mengedepankan
musyawarah dan tidak menggunakan kekerasan.
Rudy berharap warga mengikuti kesepakatan untuk relokasi dengan prinsip
win win solution. "Ya saya imbau pengerahan massa jangan diulang lagi
agar tetap menjaga Solo tetap kondusif, sementara itu warga diharapkan
menjalankan aturan dan kesepakatan untuk relokasi,"katanya kepada
Kompas.com sore tadi.
PenulisKontributor Surakarta, M Wismabrata
EditorGlori K. Wadrianto
Berita Terkait
PM Erdogan Sepakat Tunda Penggusuran Taman Gezi
Warga Srikandi: Tak Ada Ormas yang Minta Uang
Pemerintah Turki Tetap Lanjutkan Penggusuran Taman Gezi
Bom Molotov dan Tombak di Taman Pulogebang
"Tak Ada Rusun, Tak Ada Penggusuran"
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Tak Dikenal Bongkar Rumah, Warga di Jebres Menangis", https://regional.kompas.com/read/2013/06/22/1701306/Massa.Tak.Dikenal.Bongkar.Rumah.Warga.di.Jebres.Menangis.
Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata
Komentar
Posting Komentar